Beras merupakan makanan pokok bangsa Indonesia. Zat gizi
yang dikandung beras mudah dicerna dan mempunyai
nilai gizi tinggi.
Perbandingan
komposisi kimiawi dengan beberapa pangan lainnya.
Jenis Pangan
|
Kadar
|
|||
Protein
|
Lemak
|
K.
Hidrat
|
Air
|
|
-
Beras
pecah kulit
-
Beras
Jagung Kuning
-
Ubi
kayu
-
Ubi
jalar
-
Kentang
|
8
10
1
-
2
|
0,6
5
0,9
0,5
0,2
|
76
68
37
27
21
|
12
15
27
64
73
|
Beras juga merupakan makanan utama
di beberapa negara Asia Timur. Lebih dari 50% areal pertanian padi terdapat di
Asia. Masalah pangan, khusus beras menjadi pusat perhatian serta kebijaksanaan
pemerintah sebab :
1.
Beras besar peranannya dalam menentukan stabilitas
ekonomi, politik dan sosial
2. Merupakan
makanan pokok (sebagian besar bangsa Indonesia)
Pertambahanan
jumlah penduduk dan pergeseran makanan pokok dari nonberas menjadi beras
mengakibatkan permintaan akan beras selalu meningkat.
Usaha pemerintah untuk meningkatkan produksi beras ada beberapa priode :
1. Pra–Bimas (1952 – 1963)
Untuk
melaksanakan intensifikasi dibentuk suatu badan yang disebut Padi Sentra (1958)
yang didukung badan lain “KOGM (Komando Operasi Gerakan Makmur)”. Masa ini
merupakan cikal bakal BIMAS. Pada masa ini ditemukan Varietas unggul nasional
Bengawan oleh Balai Penelitian Pertanian, kemudian disusul Varietas Jelita,
Dara, Si Gadis dan lain-lain. Pada saat Pra-Bimas juga digunakan Varietas
unggul lokal di tiap daerah. Kenaikan produksi pada saat ini lebih dari 20%. Padi
sentra mengalami kegagalan karena lemahnya infrastruktur pada saat itu,
penyuluhan tak ada. Semua tugas pelayanan dijalankan petugas padi Sentra, mulai
dari pemberian kredit, bimbingan teknis hingga penarikan kredit.
2. Priode Demas dan Bimas (1963 – 1967)
Menghadapi
kegagalan padi Sentra. Depdikbud mengadakan pilot proyek yang dibiayai LKPM
(Lembaga Koordinasi Pengabdian Masyarakat). Pertama dilaksanakan di Karawang Jabar
(1963/1964). Pelaksana IPB dengan menggerakkan Dosen dan Mahasiswa. Peningkatan
hasil pada tiga desa yang dicobakan, 36 %, 168 %, 150 %. Karena berhasil
Departemen Pertanian mengadakan program DEMAS hampir di seluruh Indonesia. Pada
tahun berikutnya DEMAS berubah menjadi BIMAS. Tenaga penyuluhan adalah
mahasiswa pertanian di berbagai daerah.
Semakin luas BIMAS, partisipasi mahasiswa menurun, secara
bertahap diganti penyuluh pertanian. Program BIMAS bersamaan dengan
musibah G 30 S/PKI, program BIMAS terus berjalan. Sejalan dengan itu dibentuk
KOPERTA (Koperasi Pertanian). Dalam periode ini juga dijalankan INMAS yang
dilakukan tanpa bantuan kredit pada petani. Tahun 1968
diperkenalkan varietas PB5 dan PB8 (IR5 dan IR8)
dari IRRI.
3. Periode Pelita I dan II, III dan IV
Bimas makin meluas dan untuk
mendukung program intensifikasi :
a. Perbaikan Irigasi dan
prasarana lainnya
b. Perbaikan sistem dan
organisasi penyuluhan
c. Perbaikan padi
Didapat varietas unggul yang tahan
hama dan penyakit utama, seperti hama wereng, varietas unggul Pelita sebagai hasil silang varietas IR oleh ahli Indonesia di LPP Bogor dan PB26 yang tahan
wereng coklat oleh IRRI.
Selanjutnya diperkenalkan pula varietas tahan wereng seperti PB28, PB30,
PB32. Wereng cokelat mampu mengeluarkan generasi baru, varietas yang
semula tahan dapat diserang. Pada
tahun 1976 diedarkan PB36 dan PB38.
d. Berkembangnya Industri
pupuk nasional
e.
Didirikan Perum
Sang Hyang Seri dalam rangka pengadaan benih unggul
f.
Perbaikan kelembagaan koperasi dengan dibentuknya KUD.
Pada waktu pelaksanaan
PELITA, beberapa daerah rawan pangan dapat diangkat menjadi daerah cukup pangan seperti NTT dan
Gunung Kidul. Pada tahun 1985 tercapai swasembada beras.
4. Periode Setelah Swasembada
Setelah swasembada, muncul masalah
baru yaitu pemerintah melalui BULOG yang tidak siap menampung kenaikan
produksi, akibatnya harga turun. Selain itu beras yang dihasil petani
kualitasnya rendah tidak dapat disimpan lama, sehingga petani mengalami
kerugian. Masalah lain yaitu masih terkonsentrasinya daerah utama padi di Pulau
Jawa. Masalah lain lagi yang juga dihadapi adalah alih fungsi dari sawah subur
dan produktif menjadi lahan perumahan, industri, jalan atau ditanam komoditi
lainnya. Akibatnya Indonesia kembali kekurangan
produksi sehingga perlu terobosan baru dalam peningkatan produksi.
Pada tahun
1987, diperkenalkan Supra Insus yaitu gerakan Insus dalam skala lebih luas.
Paket Teknologi yang diterapkan ditambah dengan zat perangsang tumbuh. Hasilnya
cukup memuaskan. Akan tetapi seperti teknologi lainnya suprainsus mengalami
pelandaian peningkatan produksi, sehingga perlu dicari terobosan lain, terutama
untuk daerah luar Jawa dengan irigasi skala besar.
No comments
Post a Comment
Berkomentarlah dengan sopan pada tulisan ini.